Berita

ANTIBIOTIK & RESISTENSI ANTIBIOTIK

ANTIBIOTIK
“Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri.”

1. Aturan Minum Antibiotik dan Informasi Obat Antibiotik
Penggunaan antibiotik oleh pasien harus memperhatikan waktu, frekuensi dan lama pemberian sesuai rejimen terapi. Dr. Anis Kurniawati, PhD, SpMK(K), Sekretaris Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan bahwa cara minum antibiotik yang benar adalah dengan membagi 24 jam dengan berapa kali antibiotik harus diminum dalam sehari. Jika dua kali sehari, maka obat diminum tiap 12 jam sedangkan jika tiga kali sehari maka obat diminum tiap delapan jam.
Cara penggunaan antibiotik yang benar:
 3 x sehari yaitu setiap 8 jam yakni jam 6 pagi, jam 2 siang, dan jam 10 malam.
 2 x sehari yaitu setiap 12 jam yakni jam 6 pagi dan jam 6 sore.
 1 x sehari yaitu setiap 24 jam yakni jam 6 pagi dan jam 6 pagi hari berikutnya.

2. Antibiotik sirup kering
Antibiotik dalam bentuk sirup biasanya dalam bentuk sirup kering karena alasan stabilitas zat aktif obat yang hanya dapat bertahan 7-14 hari di dalam air. Maka adapun hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:
 Obat dilarutkan saat akan dikonsumsi
 Dilarutkan sesuai dengan petujuk yang tertera pada kotak obat
 Dikocok terlebih dahulu sebelum diminum
 Masa simpan obat setelah dilarutkan maksimal 7-14 hari, disesuaikan dengan yang tertera pada kotak obat.
 Setelah 7-14 hari, maka obat tidak boleh dikonsumsi lagi dan harus dibuang

3. Yang harus dihindari saat menggunakan antibiotik?
 Hindari minum antibiotik bersama dengan makanan atau minuman susu/kopi/teh.
 Hindari minum antibiotik pada trimester pertama kehamilan kecuali dengan indikasi kuat (disesuaikan dengan petunjuk dokter)
 Perhatikan penggunaan antibiotik bersama dengan obat lain (Contoh: Antibiotik Cefixime bila bersama obat antasida (maag) diberi jarak selama 2 jam, Antibiotik Amoksisilin bersama obat Allopurinol (asam urat) dapat menyebabkan kemerahan pada kulit)

4. Waspada Efek Samping Antibiotik
Berikut adalah beberapa efek samping/bahaya yang bisa ditimbulkan akibat mengonsumsi antibiotik dan obat-obatan dalam jangka waktu lama:
 Gangguan atau iritasi lambung
 Gangguan fungsi hati
 Gangguan pada sumsum tulang dan berakibat kekurangan sel darah merah
 Golongan tetrasiklin menimbulkan warna coklat pada gigi, sehingga tidak boleh diminum pada wanita hamil, menyusui, maupun anak kecil yang gigi susunya belum tanggal.
 Alergi (gatal, warna merah di kulit, bengkak pada mata atau bibir, sumbatan saluran napas, syok)
 Gangguan pencernaan (mual, kram, nyeri perut, diare)

5. Pengertian resistensi antibiotik dan Akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri. Persoalannya, sampai saat ini masih ada kesalahan pemahaman dan kekeliruan terhadap penggunaan antibiotik. Secara umum, antibiotik digunakan pada infeksi selain bakteri, misalnya virus, jamur, atau penyakit lain yang non infeksi. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat selain menjadi pemborosan secara ekonomi juga berbahaya secara klinis, yaitu resistensi bakteri terhadap antibiotik. Resistensi terjadi saat bakteri mengalami kekebalan dalam merespons antibiotik yang awalnya sensitif dalam pengobatan.
Menurut WHO (2015), bakteri resisten yaitu kondisi dimana bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang awalnya efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Angka kematian akibat Resistensi Antimikroba sampai tahun 2014 sekitar 700.000 orang per tahun. Dengan cepatnya perkembangan dan penyebaran infeksi akibat mikroorganisme resisten, pada tahun 2050 diperkirakan kematian akibat resistensi antimikroba lebih besar dibanding kematian akibat kanker.
Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Peresepan antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak akan meningkatkan kejadian resistensi.Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik.
Dengan kejadian resistensi antibiotik, potensi antibiotik akan berkurang dalam mengobati infeksi dan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Resistensi antibiotika mengakibatkan biaya kesehatan menjadi lebih tinggi karena penyakit lebih sulit diobati; butuhkan waktu perawatan yang lebih lama; dan membawa risiko kematian yang lebih besar. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan antibiotik yang bijak dan rasional sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas, khususnya penyakit infeksi.

6. Penyebab resistensi antibiotik?
 Dokter terlalu sering merepkan antibiotik
 Pasien tidak menyelesaikan pengobatan antibiotiknya
 Pengawasan infeksi yang buruk di rumah sakit atau klinik
 Kurang higienis dan sanitasi yang buruk
 Penelitian antibiotik terbaru yang masih sedikit

7. Mengapa resistensi antibiotik berbahaya?
 Resistensi antiobiotik meningkatkan kematian, karena waktu penyembuhan menjadi lebih lama.
 Infeksi makin sulit dikontrol, penyembuhan lebih lama dan dapat timbul infeksi lanjutan dan komplikasi.

8. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah resistensi antibiotik?
 Antibiotik hanya untuk infeksi bakteri. Apabila sakit akibat virus, jangan meminta dokter meresepkan antibiotik.
 Selalu minum antibiotik sesuai anjuran dokter.
 Selalu beli sejumlah obat antibiotik sesuai yang diresepkan dokter (jangan lebih, jangan kurang).
 Selalu habiskan antibiotik sesuai anjuran resep, bahkan jika anda sudah merasa kondisi lebih baik.
 Selalu konsumsi obat antibiotik tepat waktu dan tepat dosis.
 Jangan melewatkan dosis.
 Jangan menyimpan obat antibiotik untuk berjaga-jaga ke depannya apabila ada tanda penyakit kambuh.
 Jangan memberi antibiotik anda kepada orang lain, sebaliknya jangan mengonsumsi antibiotik punya orang lain.
 Cegah infeksi dengan rutin mencuci tangan, hindari kontak langsung dengan orang lain yang sedang sakit.

Referensi:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. www.depkes.go.id. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian dalam Pengendalian Resistensi Antimikroba.
Menteri Kesehatan Repubik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.
World Health Organization (WHO). 2015. www.who.int/drugresistance. Infographics: Antibiotic resistance World Antibiotic Awareness Week.